Muhammad Alfatih Bocah yang Tak Buang Sampah Sembarangan

Share:
Muhammad Alfatih melihat ikan dan kondisi Lampulo, Banda Aceh

Muhammad Alfatih, bocah usia tiga tahun yang selalu mendapatkan pelajaran saat jalan-jalan dan bermain bersama orang tuanya. Alfatih lahir di Banda Aceh, 8 September 2019.

Pada Minggu, 27 November 2022, pagi hari, Alfatih ikut ayah ke Lampulo, membeli ikan. Sebelum berangkat, ayahnya sudah memasak jagung manis untuknya, yang sudah dipotong ukuran 2 cm. Agar tidak terlambat ke Lampulo, dua potong jagung dimasukkan dalam plastik, untuk dimakan sambil jalan. Memang, Alfatih doyan makan jagung manis yang biasanya digunakan ibu-ibu untuk masak sayur. Itu sebab, ayahnya selalu membelinya jagung mentah, lalu dimasak di rumah. 

Ketika tiba di Lampulo, Banda Aceh, Alfatih makan jagung sambil berkeliling, melihat jenis ikan, dan melihat kapal nelayan yang bersandar di pelabuhan. Usai makan dua potongan jagung, ampasnya tidak dibuang, sebab tidak menemukan tong sampah. Ampas dimasukkan dalam plastik yang sebelumnya berisi jagung. 

Alfatih terus menenteng plastik berisi dua ampas jagung kecil. Hingga selesai membeli ikan, tong sampah belum terlihat. Ia bersama ayah mengendarai sepeda motor menuju Pasar Mahirah, Lamdingin, Banda Aceh.

BACA JUGA : https://www.abuteuming.com/2022/12/muhammad-alfatih-bahagia-dapat-sampah.html

Di Pasar Al Mahirah, usai belanja juga tidak terlihat tong sampah. Mungkin ada di sudut lain yang tidak tampak dan jauh darinya. Namun Alfatih masih memegang plastik sampah. Hingga pulang menuju Jeulingke, sampah masih ditangan. Mendekati rumahnya, di jalan T. Syarif, di tepi jalan ada tong sampah. Ayahnya menghentikan laju kendaraan, memberi kesempatan bagi Alfatih untuk membuang sampah.

Hal ini, sengaja dilakukan ayahnya, agar Alfatih teredukasi tentang sampah, tidak membuang sampah sembarangan. Padahal, sampahnya hanya dua potong ampas jagung kecil, yang jika dibuang di semak-semak akan hilang dalam rumput. Apalagi, di jalan antara Pelabuhan Lampulo dan Pasar Al Mahirah ada rawa-rawa, hutan bakau, tambak, termasuk semak-semak yang bisa dibuang sampah. Meskipun di tepi jalan itu banyak sampah plastik dan berbagai jenis sampah lainnya.

Melalui hal kecil ini, ayahnya ingin mengajarkan Alfatih agar sadar kebersihan dan keindahan lingkungan, termasuk menghindari dampak buruk membuang sampah sembarangan.

Kisah lain

Suatu ketika, Alfatih ikut ayahnya pada acara syukuran Haba Nusantara atas terverifikasi Dewan Pers, di Rukoh, Banda Aceh. Di lokasi, ayahnya menyantap hidangan sambil ngobrol santai dengan teman lainnya, berstatus wartawan. Sedangkan Alfatih menjumpai teman baru, anak tamu acara tersebut. Keduanya asik bermain pasir di depan toko. Tiba-tiba, Alfatih melihat bebarapa bekas botol air mineral di halaman, di tempat mainnya. Alfatih mengutip dan membuang ke tempat sampah yang tersedia di depan toko, berdekatan tepi jalan.

Teman ayahnya, yang juga wartawan, memberi tahukan bahwa Alfatih sedang kutip botol bekas. Mereka menduga Alfatih melakukan hal yang tidak wajar. Ayahnya menjelaskan pada rekan wartawan, Alfatih mengutip sampah itu untuk dibuang ke tempatnya. Sebab ia tidak suka melihat ada sampah yang dibuang sembarangan.

Antri BBM

Pada kesempatan lain, 20 Januari 2023, Alfatih dan ayah antrian isi BBM di SPBU Jeulingke. Alfatih diminta menunggu di sisi timur, 20 meter jarak dengan mesin pom pengisian BBM. Ia nurut, namun di tangannya ada sepotong nangka, yang barusan dibeli di tepi jalan. Ketika tiba di tempat duduk, nagkanya habis, hanya tersisa ampas. Alfatih pun lari menuju ke tempat ayahnya yang sedang antrian untuk ambil dua potong nangka yang masih tersisa dalam plastik.

Saat lari, ampas nangka yang di tangan langsung dilempar ke bawah., di lantai SPBU yang terlihat bersih, sehingga sangat jelas terlihat bila ada sampah. Tampaknya ia lupa, karana ingin buru-buru mengambil sisa nangka. Dari arah jauh, ayahnya melambaikan tangan, layaknya orang yang sedang memberitahukan dengan isyarat tidak atau jangan.

Lambaian tangan ayah membuat Alfatih berhenti, lalu balik arah untuk mengambil ampas yang tadi dibuang. Kemudian diletakkan ke tong sampah yang terletak dekat pom minyak. Ia pun menuju ke tempat ayah, mengambil nangka untuk dimakan sambil menunggu selesai isi BBM.

Alfatih memang kerap mengulang-ulang kata agar tidak membuang sampah sembarangan. Jika sedang berjalan menggunakan sepeda motor bersama ayahnya, ia kerap duduk di bagian depan. Saat melihat ada sampah di jalan, Alfatih langsung berkata "Siapa ini buang sampah sembarangan. Marah abang!" ucap dia dengan anak kecilnya.

Ia tidak senang melihat ada sampah berserakan, apalagi di tempat umum. Kadang ia menyebutkan "Tidak boleh buang sampah sembarangan, nanti banjir."

Demikian Alfatih, bocak yang tidak suka buang sampah sembarangan dan selalu belajar dari lingkungan.

1 comment:

  1. Kedepan kita harus mengajar kan kepada anak-anak kit, agar sampah menyulap jadi uang

    ReplyDelete

Silakan beri tanggapan dan komentar yang membangun sesuai pembahasan artikel.