Usai salat Zuhur, Selasa, 25 Oktober 2022, ayah Muhammad Alfatih duduk di tangga masjid, berdekatan dengan tempat diletakkan sandal. Muhammad Alfatih sudah dahuluan keluar, bermain di halaman, di sebelah timur masjid. Kebetulan di halaman masjid ada Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Meunara Baro, Gampong Miruk, Krueng Barona Jaya (KBJ), Aceh Besar.
Tampaknya, Alfatih yang berusia tiga tahun sedang bermain dengan siswa MIS yang main di halaman masjid, setelah mereka salat.
Tiba-tiba, Alfatih berlarian dari halaman di timur masjid, menuju sisi utara, tempat ayahnya duduk, di tangga. Ia lari sambil memanggil "Ayah!
"Abang dapat," ucapnya sambil memegang sehelai kertas warna kuning.
Ayah mengira, Alfatih sudah membeli jajan di sekolah. Memang di kantongnya ada uang lima ribu rupiah. Sejak tadi, sebelum salat, ia sudah minta beli susu, namun ayahnya tahan dahulu, karena harus salat.
"Dapat apa?" tanya ayah penasaran.
"Abang dapat sampah, di sana," kata Alfatih sambil menunjukkan tempatnya.
BACA JUGA : https://www.abuteuming.com/2022/12/muhammad-alfatih-bocah-yang-tak-buang.html
Ayah memperhatikan, seperti sampah kemasan kacang atom, harga seribu. Ayahnya juga sempat melihat dua siswa sedang main di tangga masjid sebelah timur.
Alfatih bertanya posisi tong sampah, karena ingin buang sampah yang barusan didapatnya.
"Nanti Allah marah kalau buang sampah sembarangan," ujar Alfatih dengan raut wajah serius.
Ayahnya menunjukkan tong sampah, yang dekat dengan pintu utama masjid. Usai membuang sampah, Alfatih naik ke tangga masjid, dekat orang tuanya duduk. Sambil ia melihat ke arah dua siswa yang bermain di tangga sebelah timur masjid.
Tiba-tiba dua pria datang, sepertinya mereka tukang, yang ingin memperbaiki pintu masjid, di dekat tangga ayah duduk.
Lalu, Alfatih melapor pada tukang dengan nada serius.
"Abang itu buang sampah sembarangan," katanya sambil menunjuk tangan.
Pekerja itu spontan menjawab, "siapa buang sampah? Tidak boleh buang sampah dalam masjid," kata pria itu.
Alfatih menunjuk ke luar masjid.
"Abang itu buang sampah sembarangan," ujarnya.
Kedua tukang pun pergi, ayah dan Alfatih bergerak pulang menuju Jeulingke.
Alfatih memang sudah terbiasa tidak membuang sampah sembarangan, walau hanya sampah kecil. Hal itu diedukasi setiap saat, baik saat membaca buku anak-anak, atau saat melihat ada sampah di jalan, tepi jalan, atau di mana pun yang ia lintasi.
Terkadang, ayahnya sengaja megajak diskusi bila melihat tumpukan sampah di tepi jalan. Mepertanyakan siapa membuang sampah tidak pada tempatnya. Ini dilakukan agar Alfatih berpikir dan terus ingat bahwa membuang sampah sembarangan bukan prilaku terpuji. Bahkan dapat menyebabkan dampak negatif seperti banjir.
Alfatih anak yg pinter...anak siapa ya?
ReplyDelete