MENGHADAPI segala aktivitas, baik bernuansa ibadah maupun kegiatan yang bersifat dunia, tentu perlu mempersiapkan segala kebutuhan agar tak kecolongan saat hari “H” tiba. Hal yang sama juga penting diperhatikan oleh setiap orang yang mengaku dirinya Muslim, yaitu ketika menghadapi bulan suci Ramadhan.
Memperlakukan Ramadhan secara istimewa tentu punya cara tersendiri. Ada hal-hal yang penting dipersiapkan umat Islam demi menghadapi bulan penuh berkah tersebut. Setiap persiapan yang baik, sangat potensial berbuah baik pula.
Persiapan yang dimaksud di sini bukan niat memborong berbagai macam makanan dan minuman lezat di pasar sebagai persiapan makan sahur, atau momen balas dendam ketika berbuka puasa. Juga bukan dengan mengikuti berbagai program acara televisi yang lebih banyak merusak dan melalaikan manusia dari mengingat Allah Swt, daripada manfaat yang diharapkan. Bukan pula pergi ke pantai menjelang Ramadhan untuk rekreasi, makan-makan, dan bermain. Tapi persiapan yang dapat mengantarkan muslim menuju gerbang ketakwaan sebagaimana tujuan puasa, yaitu menjadi pribadi muslim yang bergelar takwa.
Persiapan Ramadhan
Hal pertama yang penting dipersipkan menghadapi Ramadhan adalah ilmu. Agar aktivitas selama Ramadhan bisa optimal, muslim harus memiliki wawasan dan pemahaman yang benar serta cukup tentang Ramadhan, termasuk hal-hal yang terkait dengannya. Caranya, dengan membaca berbagai bahan rujukan dan menghadiri majelis-majelis ilmu yang mengupas isu seputar Ramadhan. Kegiatan ini berguna untuk mengarahkan umat Islam agar beribadah sesuai tuntunan Rasulullah, baik sebelum, selama, dan setelah Ramadhan. Intinya, ilmu harus didahulukan sebelum beramal.
Karenanya, mulai detik ini harus diprogramkan untuk membaca literatur keislaman dan menghadiri majelis-majelis ilmu. Jangan sampai pemahaman hal-hal yang berhubungan dengan Ramadhan justru baru didapatkan menjelang akhir Ramadhan. Walaupun tidak sia-sia, namun hal itu dapat mengurangi keuntungan pada bulan penuh berkah ini. Sadisnya, terkadang hingga pesawat Ramadhan berlalu pun belum ada pemahaman yang untuh terhadap amalan Ramadhan.
BACA JUGA: https://www.abuteuming.com/2021/04/indahnya-makmeugang-di-kampong.html
Terkait pentingnya ilmu dalam beribadah, Mu’adz bin Jabal ra berkata: “Hendaklah kalian memperhatikan ilmu, mencari ilmu karena Allah adalah ibadah.” Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah mengomentari atsar di atas: “Orang yang berilmu mengetahui tingkatan-tingkatan ibadah, perusak-perusak amal, dan hal-hal yang menyempurnakannya dan apa-apa yang menguranginya.” Ketika orang mau beramal tentulah harus mempunyai ilmu, jika tidak, sangat rentan terjadi kerusakan nilai puasa. Bahkan ada catatan ibadah tanpa ilmu tertolak.
Kedua, persiapan fisik. Aktivitas pada bulan Ramadhan memerlukan fisik yang lebih prima dibandingkan bulan lainnya. Sebab, jika fisik lemah, kemulian yang dilimpahkan Allah pada bulan agung ini tidak dapat diraih secara maksimal. Mesti membiasakan hidup sehat dan mengatur pola makan, istirahat, serta beraktifitas secara seimbang. Juga tidak mengabaikan pentingnya olahraga, agar tubuh fit saat ritual Ramadhan.
Fisik orang muslim harus dilatih untuk melakukan puasa sunah, banyak berinteraksi dengan Alquran, membiasakan bangun demi salat malam, dan aktivitas ibadah lainnya. Agar si muslim memiliki ketahanan yang baik saat secara maksimal beribadah pada Ramadhan.
Ketiga, persiapan harta. Sebaiknya, sebelum Ramadhan tiba sudah memiliki perbekalan harta yang cukup. Sehingga saat berlangsungnya Ramadhan, bisa lebih fokus beribadah. Lebih dari itu, persiapan harta adalah untuk melipatgandakan sedekah atau infak. Apalagi, pahalanya membantu sesama selangit.
Rasulullah telah mencontohkan kedermawanan yang sangat tinggi saat Ramadhan. Harus diingat pula, persiapan harta bukan untuk membeli keperluan buka puasa atau hidangan lebaran secara berlebihan, sebagaimana tradisi masyarakat Indonesia, khsusunya Aceh. Bahkan cenderung ke arah israf (berlebihan) dan tabdzir (mubazir/boros).
Keempat, persiapan semangat. Semangat Ramadhan harus dimiliki jauh-jauh hari sebelum ia tiba. Para ulama salafus salih telah memberikan contoh dalam masalah ini. Mereka berdoa sungguh-sungguh kepada Allah agar dipertemukan dengan Ramadhan. Sejak enam bulan sebelumnya dan selama enam bulan berikutnya mereka berdoa agar puasanya diterima Allah.
Karena berjumpa dengan bulan ini merupakan nikmat besar bagi orang-orang yang dianugerahi taufik oleh Allah. Mu’alla bin Al-Fadhl berkata: “Dahulunya para salaf berdoa kepada Allah selama enam bulan agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan. Kemudian mereka berdoa kepada-Nya (selama) enam bulan berikutnya agar Dia menerima amal-amal saleh yang mereka kerjakan.” (Lathaif Al-Ma’aarif).
Mereka juga berdoa, “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Syakban, dan pertemukan kami dengan Ramadhan.” Selain doa, semangat dapat ditingkatkan dengan memperbanyak ibadah sunah. Sepatutnya, menjelang Ramadhan jangan melumuri diri dengan maksiat dalam bentuk apa pun. Tapi bukan berarti pada bulan lainnya dibolehkan. Hal ini dimaksudkan agar jauh-jauh hari sebelum Ramadhan tiba, kadar keimanan muslim sudah meningkat. Ibaratnya sebagai pemanasan, sehingga ketika memasuki Ramadhan sudah terbiasa dengan berbagai kebaikan dan jauh dari keburukan.
Seyogyanya, umat Islam tidak kecolongan lagi pada Ramadhan tahun ini, yakni kenikmatan Ramadhan baru dirasakan justru pada akhir-akhir bulan suci, atau bahkan tak merasakan sama sekali.
BACA JUGA: https://www.abuteuming.com/2021/05/6-bulan-gadis-bireuen-hafal-29-juz-al.html
Kelima, persiapan target peningkatan kapasitas. Juga penting
untuk dipersiapkan adalah target yang ingin dicapai pada Ramadhan, demi mewujudkan
optimalisasi pengabdian pada pencipta.
Misalnya, target mengkhatam Alquran atau menghafalnya. Target penguasaan bahasa Arab atau memperlancar tutur kata Arab. Target menamatkan kitab-kitab tafsir, hadis dan lainnya. Target jumlah infak, membantu orang yang kesusahan, atau target ingin melakukan ibadah sulok sebulan penuh dan semisalnya. Baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya. Pembuatan target Ramadhan akan memacu muslim untuk beramal lebih giat lagi, dibandingkan sebelumnya. Selain untuk pribadi, dalam keluarga atau organisasi pun sebaiknya juga dirancang target-target bersama yang akan dicapai selama Ramadhan tahun ini.
Bahkan, penyuluh yang aktif menyebarkan dakwah, tentu perlu peningkatan giat di lapang selama Ramadhan. Sebaliknya, penyuluh jangan malah mundur, redup kegiatan pembinaan pada Ramadhan. Sebab berbicara penyuluh bukan semata ada ujrah (gaji), namun pengamalan dan ibadah.
Mengganti puasa
Selain persiapan di atas, setiap muslim wajib mengganti puasanya
tahun lalu yang tertinggal. Sudah sewajibnya meng-qadha puasa sesegera
mungkin sebelum datang Ramadhan berikutnya. Namun kalau seseorang mempunyai
kesibukan atau halangan tertentu untuk meng-qadha, seperti seorang ibu
yang sibuk menyusui anaknya, maka hendaklah ia menuntaskan utang puasa tahun
lalu pada bulan Syakban. Sebagaimana Aisyah ra tidak bisa meng-qadha
puasanya kecuali pada bulan Syakban. Menunda qadha puasa dengan sengaja
tanpa ada uzur syar’i hingga masuk Ramadhan berikutnya adalah dosa. Maka
kewajibannya adalah tetap meng-qadha, ditambah kewajiban membayar fidyah
menurut Imam Asy-Syafi’i, Imam Malik, dan At-Tsauri.
BACA JUGA: https://www.abuteuming.com/2021/05/bank-syariah-jangan-kembali-pada-mantan.html
Dengan adanya persiapan, minimal menjadi bukti pada
diri sendiri bahwa jiwa dan raga memang benar-benar merindukan Ramadhan. Hati
ini jujur, sangat senang dengan kedatangan Ramadhan. Karena sungguh mustahil jika
merasa senang dan rindu terhadap Ramadhan, lalu membiarkan berlalu tanpa
ibadah.
Kerap sekali, di jejaring sosial terpampang
status semisal “Ramadhan tak lama lagi, aku rindu Ramadhan” atau “Senangnya
hati ini berjumpa bulan berkah/Ramadhan”.
Bagaimana mungkin engkau merindukan Ramadhan, sedangkan puasa Senin dan Kamis atau puasa Nabi Daud sering diabaikan? Bagaimana mungkin pula engkau senang dengan adanya salat Tarawih, sedangkan salat Rawatib enggan dilakukan?
Mestinya, senang hati menjelang Ramadhan bukan karena bisa menekuni bisnis jualan kue di pinggir jalan, atau perempuan beli mukena baru dan laki-laki beli koko serta peci baru. Tapi pahamilah kesenangan adanya Ramadhan sebab pada bulan ini umat Islam bisa beribadah dengan balasan pahala berlipat ganda dan sejuta keistimewaannya.
Memang Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang bergembira datangnya bulan Ramadhan, diharamkan Allah jasadnya menyentuh api neraka,” (HR. An-Nasa’i).
Meski demikian, memahami hadis di atas tidak cukup dengan teks semata, melainkan ada pembuktian yang dilakukannya di luar Ramadhan. Dengan persiapan ini, semoga karunia terbesar bulan Ramadhan dapat kita raih maksimal. Mari jadikan Ramadhan tahun ini lebih baik dan bermakna dari yang telah dilalui sebelumnya. Marhaban Ya Ramadhan.
Mantap, Abu.
ReplyDeleteBahasanya sangat lugas dan mudah dipahami
Sukses selalu
Terima kasih. Semoga bermanfaat dan beramal.
ReplyDelete