Soal Suara Azan dan Speaker, Begini Saja

Share:

Masjid sumber suara azan dan tempat speaker

Oleh Abu Teuming

Kini, di nusantara sedang buming statemen berkaitan pengaturan suara azan dan speaker. Saya tidak menulis detail ucapan itu, sebab publik tentu sudah mendengar video yang beredar dan membaca beritanya di beragam media.

Seandainya dalam kacamata Islam tokoh nasional tersebut telah berlumuran dosa sebab ucapannya, itu biar dirinya yang menanggung. Tugas muslim sejati hanya mempertahankan kebeneran dengan cara yang benar. Tidak menghujat, apalagi memfitnah, mengedit konten yang bernuansa pelanggaran agama dan Undang-undang ITE. Khawatirnya, penulis dan pembaca malah berdosa hanya karena salah respon.

Andai dosanya terlalu besar karena ucapan kontrofersi itu, jadikan momen ini sebagai wadah mendapatkan fahala, bukan peluang mengumpulkan dosa.

Ucapannya memang terlalu menyakitkan, bahkan melukai hati dan perasaan. Tetapi, ada baiknya muslim tidak menyakiti diri dengan salah sikapi dan mengundang dosa. Apalagi menyakiti dia yang belum tentu akan berjumpa dengannya untuk memohon maaf, sebelum tutup usia.

Mungkin, hal terbaik yang patut dilakukan adalah menjaga diri, keluarga, dan muslim lainnya agar tak menambah deretan dosa, hanya karena gegabah menyikapi masalah tersebut.

Paling kecil, upaya yang bisa dilakukan adalah doa, agar hidayah datang untuknya. Juga berdoa, supaya muslim lainnya tetap dalam patron agama. Dan paling penting mendoakan diri sendiri supaya tak syakwasangka terhadap siapa pun.

Suara azan bersumber dari masjid

Anjing hewan sensitif bagi muslim

Perlu diakui, menyebut babi dan anjing di hadapan muslim memang sangat sensitif. Selain binatang yang dikenal haram, juga jarang dipelihara. Kalau ada orang marah, pasti anjing dan babi jadi sasaran dan korban. Misalnya; pembaca pasti kerap mendengarnya. Jadi penulis tak ingin memberi contoh konkriet.

Sebutan anjing dan babi menunjukkan kemarahan seseorang sudah pada level puncak. Bahasanya terbilang kotor. Itu sebab, jika ada penyebutan anjing yang berdekatan dengan azan, tentu membuat muslim naik pitam. Apalagi azan itu kalimat tauhid dan kalam suci dalam Islam. Oke lah, beliau sebut tidak ada niat membandingkan suara azan dengan suara anjing. Namun, setidaknya, kedua kata itu berada dalam kalimat hampir berdekatan. Sehingga, muslim merasa ada hal yang salah atau aneh dalam statement itu.

Sepatutnya, publik figur selektif memilih kata dan berucap. Apalagi peran media masa kini sulit dibendung dengan beragam kepentingan. Termasuk keunggulan teknologi yang bisa diedit dan dipermak konten sesuai naluri kaum kreator.

Kita sadari, ada kesalahan berentetan dalam masalah ini. Hanya batin kita tidak mampu melihat. Tapi yakini, ada ulah kita dalam hal ini.

Semua muslim tentu berpikir terkait masalah yang viral di dunia maya itu. Tapi tidak semua orang bertindak untuk kasus tersebut, hanya sebagain kecil saja yang serius beraksi.

Nah! Yang beraksi itu tak perlu semua warga, tidak perlu 94% muslim Indonesia memberikan tanggapan. Cukup dilakukan oleh pihak berwenang saja. Ini akan lebih menciptakan kedamaian dalam negara.

Jika semua orang diberi ruang untuk menyikapi, maka keadaan semakin keruh, yang pada intinya persatuan bangsa sulit digapai.

No comments

Silakan beri tanggapan dan komentar yang membangun sesuai pembahasan artikel.