Banyak pria berpakaian rapi dan perempuan muslimah duduk tenang, setengah santai di dalam Masjid Al-A'la, Kampong Cot Mesjid, Banda Aceh, pada Minggu pagi, 2 Mei 2021.
Mereka adalah wali santri, anaknya mengikuti program tahfiz, yang diselanggarakan Lembaga Tahsin Tahfiz dan Tafsir Qur'an (LT3Q) ElMas'udy, di beberapa lokasi, dalam Provinsi Aceh. Kebetulan, 2 Mei 2021 jadi hari kemenangan santri, sebab mengikuti Wisuda Akbar.
Ramadhan 1442 H, LT3Q ElMas'udy memilih Lhokseumawe, Aceh Tengah, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Sabang, Aceh Besar dan Banda Aceh sebagai tempat kegiatan. Namun, mayoritas berada di Banda Aceh dan Aceh Besar. Kegiatan berlangsung di masjid. Dari 20 masjid, 15 masjid berlokasi di Aceh Besar dan Banda Aceh.
Pada momen wisuda itu, santri tahfi ElMas'udy yang karantina setahun juga ikut wisuda. Salah satunya Fatimah Azzahra.
Fatimah Azzahra, gadis asal Bireuen, yang ikut tahfiz di lembaga yang dipimpin Ustaz Irhamullah S.Pd.I al-hafiz, sejak akhir tahun 2020.
Sejak awal masuk ElMas'udy, perempuan 18 tahun ini hanya memiliki satu juz hafalan, itu pun juz ke-30, yang ia hafal saat belajar di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), di Pesantren Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan, Sumatera Utara.
Gadis berkulit putih ini berhasil mengkhatam hafalannya 30 juz dalam rentan waktu enam bulan.
Saat awal masuk ke ElMas'udy, ia hanya mampu menghafal dua halaman per hari. Dengan metode mengingat nomor surat, selanjutnya disusul bacaan teks ayat. Menurutnya, agak kesulitan mengingat nomor ayat.
Namun, beberapa hari berselang, ia berpikir, ternyata mudah menghafal Quran, seperti janji Allah, Al-Qur'an mudah dipelajari, bagi yang mau.
Atas dasar keyakinan itu Azzahra mencoba tingkatkan jumlah hafalan setiap harinya. Jika sebelumnya hafal dua halaman, lalu ditingkatkan jadi 10 halaman per hari. Hal ini tidak membuat dirinya kesusahan mengejar target.
"Sehari bisa hafal setengah juz, dua hari satu juz, itu mudah," ucap Azzahra yakin pada Abu Teuming.
Awalnya, Azzahra belum tahu kemampuan dirinya, makanya ia hafal pelan-pelan dan sedikit. Tetapi setelah menjalani karantina di ElMas'udy, rasanya mudah, dan membuat wanita cinta Islam ini optimis bisa hafal lebih banyak lagi.
"Selanjutnya saya berpikir, kalau bisa tambah halaman, kenapa tidak lanjut saja," pungkasnya yakin sambil tersenyum.
Akhirnya, prosedur ElMas'udy tidak lagi konsisten ia jalankan, lebih fokus pada menghafal teks, tanpa mengingat nomor ayat dan posisinya.
Mereka menghafal Qur'an pada siang dan malam hari, selain jadwal setor hafalan. Biasanya, setor hafalan pagi, saat dhuha, dan siang. Selain itu, para pecinta Quran ini menggunakan waktu untuk menghafal dan muraja'ah.
Motivasi menghafal kitab suci umat Islam ini sangat sederhana. Sebelumnya, ia merasa dekat dengan Al-Qur'an, lama-kelamaan makin senang, lalu tertarik menghafal.
Setelah tamat SMA, Azzahra tidak ingin melanjut kuliah terlebih dahulu, ia minta ikut program tahfiz. Kedua orang tua pun setuju, mendukung cita-citanya, dan mengizinkan penundaan kuliah. Kebetulan abangnya pun menghafal bebarapa juz Al-Qur'an.
Saat ditanya tip agar cepat hafal Qur'an, Azzahra menjelaskan harus sering tadabbur arti dan penjelasannya. Calon hafiz dan hafizah harus rajin ibadah internal, seperti tahajud dan dhuha. Lebih bagus lagi bila membiasakan hafal hadis. Sebab dengan hafal hadis, lidah terbiasa melafalkan bahasa Arab, sehingga mempermudah menghafal teks Arab lainnya, termasuk menghafal Qur'an.
Selain kemudahan, ada kesulitan yang dijalani Azzahra. Namun tidak membuat semangat menghafal kitab langit ini luntur. Tantangannya, muncul rasa jenuh, dengan suasana yang sama. Apalagi sesama remaja, tentu mereka berada di markas terlalu lama, tanpa menghirup udara luar.
"Bosan karena berada di lokasi karantina terus, bukan jenuh menghafal," tegas Zahra, sapaan kesehariannya.
Azzahra berharap dirinya istiqamah menjaga hafalan dan mengamalkannya. Setelah ini, ia berencana lanjut kuliah ke Turki, itu mimpinya.
Azzahra juga menitip pesan bagi yang lain, jika dilihat memang sulit menghafal Qur'an, tetapi kalau sudah ada azam dan niat, pasti bisa, dan Allah pasti akan memudahkan. Apalagi Islam menjanjikan siapa yang hafal Qur'an bisa jadi keluarga Allah.
Selain Fatimah Azzahra, ada tiga koleganya yang juga telah hafal 30 juz. Raudatun Nisa, gadis 18 tahun asal Aceh Selatan ini telah hafal 15 juz, menyempurnakan 15 juz sebelumnya.
Termasuk Mutia Larista, gadis 19 tahun asal Meukek, Aceh Selatan. Hafalannya sudah 30 juz. Demikian pula Putri Zahratul Aini, usia 20 tahun asal Lambaro, Aceh Besar. Namun sayang, tim Abu Teuming tidak sempat menjumpainya, untuk wawancara eksklusif.
Mengakhiri pertemuan ino, tim reportase bertanya hal pria idaman. Soal calon pendamping hidup, Azzahra tidak mempersoalkan, tidak mesti hafiz 30 juz. Asalkan baik, paham agama, itu sudah cukup.
"Karena yang ahli Qur'an itu bukan yang hafal 30 juz, tetapi mereka yang istiqamah dengan Qur'an," tegasnya.
Bagi Raudhatul Nisa, gelar hafiz belum tentu baik akhlaknya. Hafiz Qur'an itu tanggung jawabnya berat, jadi wajib menjaga adab dan berakhlak mulia.
Nisa juga memberikan komentar yang sama, terkait calon suaminya kelak. Terpenting patuh pada Islam dan beraklak mulia, tidak mesti hafiz.
Penulis: Abu Teuming
MasyaAllah
ReplyDeleteMaa Saya Allah...
ReplyDeleteAssalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh apa boleh tau kontak dari ukhti yg luar biasa ini?
ReplyDelete