Aceh Miskin se-Sumatera, Ini Tugas Penyuluh Agama

Share:

Dokumen YD

Badan Pusat Statistik (BPS) telah menjalankan tugasnya, melakukan survei dan mempublikasi hasilnya, terutama survei tingkat kemiskinan, yang menobatkan Aceh sebagai provinsi termiskin di Pulau Sumatra. Sebagai abdi negara, BPS wajar dan patut mengumumkan tupoksi kerjanya, untuk acuan pembangunan Aceh masa depan.

Pakar ekonomi dan pembangunan, pengamat sosial dan politik juga telah menyampaikan respons positif sesuai latar belakang pendidikan mereka. Semua harus apresiasi apa yang telah dikemukan, dan perlu dipertimbangkan oleh otoritas pemegang kekuasaan.

Selanjutnya, kita, Penyuluh Agama Islam juga punya tupoksi kerja, menyejukkan umat dengan bahasa agama dan santun. Sebab pascaterbit hasil survei BPS awal 2021, hampir setiap ruang publik mendiskusikan kondisi Aceh, yang kabarnya ekonomi semakin melarat dan kemiskinan kian bertambah, sehingga muncul aksi-aksi protes terhadap kinerja Pemerintah Aceh, padahal dana mengalir ke Aceh sangat melimpah setiap tahun.

Dokumen Fq

Penulis ingin menekankan, tugas penyuluh agama bukan untuk membenarkan atau memvonis salah hasil survei BPS atau tata kelola keuangan Pemerintah Aceh. Tetapi mendakwahkan bahwa kekayaan bukan tujuan hidup di dunia. Selama kemiskinan mampu mendekatkan diri pada Allah, dengan harapan sejahtera di akhirat maka status kemiskinan penduduk Aceh bukan persoalan penting.

Semua pihak sering mendengar kajian bahwa setiap harta akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak. Sumbernya dari mana, bagaimana cara memperoleh dan ke mana harta itu dipergunakan. Dalam kisah dan penjelasan ulama, tidak mudah mempertanggungjawakan harta di hadapan Allah, bahkan banyak orang yang celaka karena hartanya.

Kemiskinan yang dinobatkan untuk Aceh jangan pernah membuat masyarakat muslim Aceh putus asa, malu, atau menimbulkan reaksi yang keluar dari patron Islam. Sikapi saja sebagaimana ketentuan Allah, rezeki, jodoh, dan kematian sudah Allah takdirkan. Dengan demikian, siapa pun tidak perlu susah payah menghujat dan menyalahkan pihak lain.

Seorang muslim sejati, tidak menelan mentah-mentah hasil survei BPS, sehingga muncul kebencian pada pihak pengelola uang negara. Prinsip yang harus ditanamkan adalah miskin itu bukan sebuah kehinaan. Penganut muslim meyakini, kaya pun belum tentu disenangi Allah. Banyak kafir yang kaya raya, tidak lantas itu baik di sisi Allah. Sebaliknya, bisa jadi kemiskinan adalah cara Allah untuk menyelamatkan dia.

Syukuri nikmat Allah, pemberian Allah selalu yang terbaik bagi hamba, meskipun terkadang manusia menganggap sebagai keburukan. Lebih mulia berprasangka baik pada pemberian Allah daripada menyudutkan orang lain. Jika Aceh terus bertahan dalam status termiskin se-Sumatra, tandanya orang Aceh sangat zuhud dan tasawuf. Mereka mampu hidup seadanya asal kaya ibadah.

Allah memiskinkan rakyat Aceh tentu lebih tau dan ada tujuan, dalam bahasa agama disebut hikmah. Bayangkan, dalam status miskin saja banyak orang Aceh lalai nongkrong di warung kopi, apalagi kalau kaya, liburan ke luar negeri dengan sejuta hiburan dunia, terkadang membuat mereka lupa pada perintah Allah.

Sosok muslim tidak perlu mengejar kekayaan jika jalan yang ditempuh melanggar hukum Allah. Lakukan saja semampunya, asal halal ada kebaikan di dalamnya walaupun sedikit. Tetapi jika cara menumpuk harta dengan jalan haram maka sama halnya menumpuk musibah dan bencana untuk dilemparkan pada diri sendiri dan keluarga.

BPS memang kerap mengumumkan Aceh termiskin di Sumatera. Namun BPS juga melakukan survei bahwa tingkat kebahagian masyarakat Aceh tertinggi di Indonesia. Bagaimana mungkin orang miskin bisa bahagia? Tentu karena agama Islam, yang membuat mereka percaya pada ketentuan Allah.

Sekali lagi, ini bahasa penyuluh agama, bukan bahasa politik dan pakar ekonomi. Syukuri nikmat, itu jauh lebih nikmat dari kekayaan.

Abu Teuming

Penyuluh Agama Islam pada KUA Krueng Barona Jaya, Kementerian Agama Kabupaten Aceh Besar

1 comment:

Silakan beri tanggapan dan komentar yang membangun sesuai pembahasan artikel.