Tgk. Sofyan Kasim (tengah)
27 Rabiul Akhir 1441 H, bertepatan 24 Desember 2019, Dayah Darul Ulum Abu Lueng Ie mengadakan Maulid Nabi dan Haul Abu Lueng Ie ke-28.
Banyak alumni dayah tersebut hadir dari berbagai penjuru Aceh. Ada kenangan dan kisah lama yang saling dibicarakan atara mereka. Mereka mengenang perjuangan menuntut ilmu dan suka duka yang kerap mendera kala itu.
Sebagaimana biasa, saya (penulis) selalu ingin mendengar kisah Abu Lueng Ie dari para alumni. Sebab mereka lah yang sempat hidup dan menggali ilmu agama langsung dari Abu.
Kali ini, saya mendapatkan kisah dari Tgk. Sofya Kasim. Kisah ini belum pernah saya dengar sebelumnya. Sengaja saya meminta ia untuk menceritakan kisah Abu Lueng Ie semasa hidup.
Rasa semangat terlihat jelas dari gelagatnya saat menceritakan kisah Abu Lueng Ie. Ia menjelaskan, pernah ada santri yang agak sulit memahami ilmu agama yang ia pelajari saat menetap di Darul Ulum Abu Lueng Ie. Menurut Tgk. Sofyan, umurnya sebenarnya sudah senior. Tetapi belum bisa mengaji. Dalam bahasa santri disebut "goloem teuploeh kitab."
Ia melanjutkan cerita. Melihat kondisi itu, Abu Lueng Ie meminta seorang santrinya, yang juga sudah mahir kitab, atau paham agama. Abu memerintah si mahir tadi untuk "mencangkok" dua batang pohon delima mati.
Santri mahir tadi tidak melaksanakan perintah Abu. Sebab ia berfikir, tidak mungkin delima yang sudah mati akan tumbuh lagi. Apalagi "dicangkok".
Abu tidak marah. Giliran santri yang belum paham ilmu itu diperintahkan untuk "mencangkok" batang delima mati. Tanpa berpikir panjang, logis atau tidak, ia melaksanakan perintah Abu Lueng Ie.
Setelah beberapa hari, batang delima yang "dicangkok" mulai tumbuh. Walau sebenarnya delima itu sudah mati.
Para santri pun heran melihat kejadian ini. Sebenarnya, yang ingin dijelaskan oleh Abu Lueng Ie adalah kesungguhan dan doa guru. Abu ingin melihat siapa muridnya yang sungguh-sungguh untuk belajar.
Setelah kejadian itu, santri yang tadinya tidak mahir dalam hal agama, termasuk belum mampu membaca kitab, justru kemampuannya mulai meningkat. Ilmunya terus bertambah. Dalam bahasa santri "ka teuploh kitab atau ka teuploh dibeut."
Dalam pandangan penulis, ini lah salah satu karamah Abu Lueng Ie yang nyata dilihat oleh muridnya.
Semoga bermanfaat tulisan mini ini.
*Abu Teuming
No comments
Silakan beri tanggapan dan komentar yang membangun sesuai pembahasan artikel.