Gerilya GPS di Serambi Mekah

Share:



SHUBUH berkah ini, untuk kesekian kalinya para pemuda fii sabilillah, yang tergabung dalam Gerakan Pemuda Shubuh (GPS) menjalankan aktifitas rutin sabtuan, melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, atau kerap disebut Shubuh keliling.

Kali ini, Sabtu 12 Rabiul Awal 1440 H, bertepatan 9 November 2019 M, kami memutuskan untuk melaksanakan Shubuh berjamaah di Masjid Al-Fitrah, komplek Asrama TNI Kuta Alam. Dahulu, masjid yang berlokasi di Jalan Mayjend T. Hamzah Bendahara ini sulit terlihat, sebab terhalang dengan rumah dinas prajurit TNI. Tetapi kini masjid berkubah hijau itu telah tampil beda. Rumah-rumah TNI di tepi jalan telah dibongkar, sehingga hanya terlihat bangunan masjid, dengan parkir yang cukup luas.

Sejujurnya, saya pribadi perdana masuk masjid itu. Walau terlihat imut, tapi memiliki ornamen indah. Yang paling unik warnanya, didominasi cat ungu. Gorden dan kain pembatas saf lelaki dengan perempuan juga ungu. Sekilas terbayang, seperti warna kesukaan perempuan. Ah! Biarlah. Yang penting ada masjid, nilainya tetap sama dengan masjid lain, kecuali tiga masjid yang dikhususkan oleh Nabi. Itu pun berada di tanah Arab.


Mengenal GPS
Tidak ada dosanya jika pembaca mengenal sekilas terkait GPS. GPS dicetuskan tahun 2015 oleh pemuda-pemuda syariah Aceh. Disebut syariah sebab mereka amat peduli pada syariat Islam di serambi mekah. Khususnya terhadap pemuda, yang sedikit sekali mengambil bagian demi tegaknya syariat kafah, yang telah diperjuangkan secara berdarah-derah oleh putra terbaik Aceh.

Dahulunya, GPS bernama Komunitas Pemuda Shubuh (Kompas). Peralihan dari Kompas ke GPS memiliki filosofi tersendiri, yakni keduanya sama-sama penunjuk arah. Menunjuk pada kebaikan, yang berunjung pada fahala dan ridha Allah.

Bersama GPS, berbagai pemuda berkumpul, baik privasi, dari organisasi, komunitas dan mahasiswa. Tentunya, tidak sembarang pemuda. Mereka pemuda-pemuda pilihan, bukan pilhan pemudi ya! Tapi pilihan Allah. Allah memilih mereka bukan sebab tampan dan banyak harta. Tapi karena keimanan dan kesadaran mereka untuk menjadi pemuda baik di antara yang terbaik. 

Terlebih saat banyak pemuda yang tidak shalat dan lalai di warung kopi, sebagaimana maklum kita saksikan di negeri seribu warung kopi. Atau pemuda itu shalat, namun tanpa berjamaah. Terkadang mereka lebih doyan shalat di rumah/kos. Padahal, yang sepatutnya shalat di rumah itu perempuan yang tertarik warna ping. Sedangkan lelaki, sejatinya shalat berjamaah di masjid atau tempat lainnya.

Mengajak pemuda untuk shalat berjamaah di masjid bukan perkara mudah. Perlu keimanan kesadaran, dan karakter, agar shalat jamaah dapat teratur. Minimnya kesadaran pemuda, membuat GPS belum mencapai target, yaitu 1000 jamaah tetap pada tahun 2020. Saat ini, GPS memiliki 300 jamaah lebih, walau tidak tetap. Tetapi mereka secara bergantian akan mengikuti kegiatan shubuh berjamaah.

Selain shalat shubuh berjamaah, GPS memiliki agenda ceramah shubuh, yang diisi oleh dai-dai berbakat dan senior di Banda Aceh dan Aceh Besar. Tausiah yang bergulir dalam butir-butir nasihat sangat penting ditujukan bagi pemuda, sebab mereka harapan agama penerus bangsa.

Usai sesi tausiah, GPS punya kegiatan rutin unggulan. Saat remang-remang menyelimuti bumi, mereka mencari warung kopi strategis, untuk ngopi bersama. Tapi bukan ngopi abal-abal. Ada kegiatan bermanfaat yang dijalankan, yang disebut "Ngopi", singkatan dari Ngobrol Opini Terkini.
Mereka mendiskusikan beragam isu hangat di Aceh, nasional, bahkan internasional. Dengan menghadirkan narasumber tanpa bayaran, alias ikhlas berbagi ilmu dengan pemuda. GPS kerap meminta kesedian pemangku jabatan penting di Aceh seperti Kepala Dispora, pejabat penting Polda Aceh, anggota DPRA, dan berbagai unsur sesuai isu terkini, khsusnya figur yang peduli pada pemuda. Kehadiran tokoh-tokoh itu untuk memberikan pengetahuan dan bimbingan bagi pegiat GPS. Bahkan bimbingan calon pengantin dan tips menemukan pasangan idaman.

Imam muda
Nah! Kali ini, di Masjid Al-Fitrah Asrama TNI Kuta Alam, GPS menghadirkan Tgk Zulfikar SBY sebagai penceramah. Sebelum ceramah, kami diimami oleh imam muda GPS, Tgk Anta Maulana. Usianya beranjak 18 tahun. Merupakan hafiz di lembaga tahfiz El Mas'udy Aceh.

Memang, GPS memiliki imam-imam muda dari kalangan hafiz, yang setiap Sabtu bergantian mengimami shalat. Sejujurnya, imam-imam muda ini bukan saja kompeten mengimami shalat, tetapi juga cakap menjadi imam dalam rumah tangga. Jadi, tak ada salahnya pemudi menerima ajakan menikah sang imam muda GPS, itu pun jika mereka telah matang.

Kebetulan, Sabtu ini, Tgk Zulfikar SBY yang mengisi tausiah. Saat berada di mimbar, sepertinya ia sangat memahami kondisi pemuda zaman now. Topik kajiannya pun tidak lepas dari pemuda. Tgk SBY, mewanti-wanti pemuda agar mampu mengontrol diri. Tetap bermain di rel keimanan dan ketakwaan. 

Kemegahan dunia jangan sampai merusak mata kalian. Jabatan yang tinggi, jangan sampai membuat kalian lalai untuk mengingat Allah. Harta yang melimpah ruah, jangan membuat kalian takabur dan angkuh. Dan paling penting, jangan terpedaya dengan kemolekan perempuan, yang belum pantas dan layak kalian dekati. Tunggu masanya, kalian akan menemukan semua impian, asalkan ketaatan pada Allah tidak luntur dan kendur.

Menariknya, pagi ini, usai ceramah agama, para jamaah GPS disuguhkan kopi pagi dan mie lidi yang dilengkapi telur dadar. Sungguh makanan sedarhana, yang nikmatnya selangit. Sebab disantap seusai ibadah dan tausiah. Pernah pula jamaah GPS melakukan terapi mata pada pusat pengobatan Amru Aye Center, di Ateuk Palahlawan, Kota Banda Aceh. Selama ini, Amru Aye Center memberikan pengobatan gratis pada jamaah GPS seperti terapi mata, plus, mines, lendir, dan buta warna. Mungkin ini lah yang disebut berkah bagi mereka yang rajin bangun pagi.

Secara diam-diam, saya menjumpai pria yang tadinya sedang membagi porsi mie dalam mangkok. Pengakuannya, dana pengadaan mie dan kopi berasal dari jamaah yang berdomisili di sekitaran masjid. Mereka yang punya kepedulian, menyerahkan sumbangan pada panitia,  guna untuk makan minum jamaah Shubuh dan tim GPS.

Ada sejuta kebahagian terpancar dari pria ikhlas itu. Dengan penuh harap, ia meminta pihak GPS agar sering melakukan safari Shubuh di Masjid Al-Fitrah. Demikianlah kelakuan orang yang haus cinta kasih Allah, yang menganggap hidup tidak hanya semata tentang jabatan dan harta.

Ini merupakan sambutan baik bagi jamaah. Apalagi mayoritasnya pemuda, yang ikhlas meninggal tempat tidur empuk, rela melawan kantuk dan sejuk pagi demi shalat Shubuh berjamaah.

Kepada pemuda seantero Aceh, mari bergabung dengan komunitas-komunitas Shubuh berjamaah. Satukan barisan bersama GPS, atau bersama masyarakat di tempat Anda tinggal. Karena Yahudi dalan musuh Islam hanya takut pada muslim yang jumlah jamaah shalat Shubuhnya sama seperti shalat Jumat. Semangat GPS!

Amiruddin (Abu Teuming)
Penyuluh Agama pada Kuakec. Krueng Barona Jaya, Aceh Besar, Penyuluh Informasi Publik (PIP) Kominfo RI, dan Direktur K-Samara, melaporkan dari Banda Aceh

No comments

Silakan beri tanggapan dan komentar yang membangun sesuai pembahasan artikel.