Nikahlah

Share:

Pria tua bersurban itu sibuk mendesak Fata agar segera menikah. Ia tidak kuasa melihat tetangga setiap pagi menggendong cucu di halaman rumah sambil bersunda garau. Kerinduannya untuk menggendong cucu telah usang dimakan usia.
Jiwanya sudah tak sabar menunggu pilihan Fata yang penuh dengan ciri-ciri tidak masuk akal. Mestilah muslimah ideal plus wajah mentereng penuh daya tarik mengalahkan bidadari.


Akhirnya orang tua Fata mencari jodoh untuknya agar segera menikah. Gadis pilihan orang tua Fata terlihat cantik, anggun dan pakaiannya sangat muslimah. Bahkan sempat melihat setahun lalu Salwa bercadar saat pulang liburan kuliah. Bahasanya yang santun nan lembut penuh daya pikat setiap lawan bicaranya.
Gadis yang juga anak temannya Ibu Fata itu sudah 6 tahun kuliah di kota besar. Kini dia sudah wisuda. Bahkan dia jarang keluar malam sendirian saat di kos.
Fata direndung penasaran dengan sosok perempuan yang mencuat dibibir orang tuanya akhir-akhir ini. Ia juga sempat kuliah di kota yang sama dengan Salwa walau berbeda kampus. Orang tua Fata sangat bangga pada gadis itu yang terasa adem dipandang. Sangat berharap ia jadi menantunya.
Ketika keluarga mereka ingin memperkenalkan diri di rumah gadis. Fata terkejut. Sang gadis yang dibanggakan ibunya sangat membuat matanya rabun.

Fata mengenal Salwa sebagai kupu-kupu malam. Bahkan sempat dilabel ayam kampus. Beberapa kali Fata kepergok wanita itu sedang menyepi berduaan. Fata sempat juga melihat gadis yang terkesan muslimah itu dijemput oleh om om yang doyan jajan malam di luar rumah.

Fata menolak keras dijodohkan Salwa sang pujaan bundanya. Tetapi keluarga berkata;
“Engkau tidak akan dapat lagi wanita se-shalehah dia.”

Keluarga si wanita melengkapkan kata-kata;
“Iya Fata, Salwa anak tante yang pandai jaga diri, bahkan dia cukup hemat selama kuliah dan ngekos. Sangat cocok menjadi ibu rumah tangga yang pandai memanejemen keuangan rumah tangga.”

Salwa hanya tertunduk malu melihat Fata. Ia serasa gelik mendengar pujiaan mereka. Fata yang diam terpaku terlihat berkunang-kunang butiran air di bola matanya. Hatinya terasa perih dengan niat keluarganya dan ucapan ibunya Salwa.
Hanya satu ucapan Fata;
“Bu, ayah, tante. Kalian tidak pernah tahu bagaimana kehidupan anak kos apalagi di kota metropolitan.”

Mereka semua terdiam tak paham maksud yang diutarakan oleh Fata.

-Abu Teuming. Penulis buku "Sepenggal Cerita di Lorong Pesantren".

1 comment:

  1. agen judi online Terpercaya Indonesia!
    Banyak Promo & Bonus Menarik Yang Selalu Menanti Anda
    Deposit Hanya Minimal IDR 50.000,- Menangkan Uang Jutaan Rupiah..
    Daftar >> Deposit >> Withdraw Sekarang Juga Di Website www.bolavita88.com
    Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
    WA: +628122222995
    Telegram : @bolavitacc

    ReplyDelete

Silakan beri tanggapan dan komentar yang membangun sesuai pembahasan artikel.